Temu pertama aku tidak
perhatikan
Kau yang baru,
sepenuhnya bening dimata
Tak serupa kasar, halus
atau warna
Kita hanya sebatas
kursi dengan kursi diruang yang sama
Apa aku dipaksa
mendekat padamu?
Apa cuma aku ini yang
tak mau?
Belum mengerti apa kita
sudah termasuk keakraban
Tapi kau merambat
ditanganku dan menjengkalkannya digenggaman
Baru sekarang mengerti
kau yang baru hari ini,
sudah menemukan
keakrabannya padaku kemarin
Sudah tak ada yang
memaksa
Kucoba lebih akrab
padamu
Waktu seberkas rasa
rindu menelusup seiring kau buktikan derai-derai simpati kita
Akhirnya sampai tak ada
kata selain dirimu yang meluluhkan
Kububuhi rasa tulus ini
dari setiap canda
Saat tertatihpun senyumku
akan selalu mengajakmu
Hapus semua pilu sebuah
hidup kebohongan
Untuk simpan dan terus
warnai senyummu
Diatas tangan jemariku
melambaikan doa
Lekas sirnakan bekas
teratai hitam masa lalu
Harap lebih mendekap
pada senyummu
Karena setulus
binar-binar senyummu akan menjalar di setiap hidup
Mulai saatnya tiba
Warna senyummu jauhiku
Coba hilang kemarin,
hari ini lalu besok
Terpagut perhatikan
senyum kosongmu
Aku tak seyakin dulu
yang mengajak senyummu selalu
Perlahan terus acuhi
keakraban
Seakan batasan kursi
kembali diruang yang sama
Tetes demi tetes semua
hidup kebohongan berkunjung pilu
Mungkin sama sembilanbelas
tahun kebelakang
Bagaimana menghibur
seorang penghibur senyum?
Siapa yang mendendam,
apa kamu?
Apa aku?
Baru sekarang mengerti
kau yang kurindu hari ini,
sudah menemukan senyumnya
pada seseorang kemarin.
Membuat segan dari
setiap canda
Dan antar jengkal
genggaman semakin lebar
Aku meneguk mereguk senyum
jelita yang sudah kau beri
Masih menyimpan
semangat walau bergidik pilu
Setiap tetesan akan kuhempas
layu
Sampai mulai saatnya
tiba senyummu mendekap aku
(STT-121212)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar